About me

Name:
Location: Jakarta, Indonesia

Links

Previous Posts


Join me on Friendster!

I just need to write. I don't even know for sure why. A little hope maybe that you and I can learn a thing or twos from this

Effective Leadership

Thursday, November 23, 2006
At : 9:59 AM

Senin sore yang lalu ketika mau pulang kerja, di halte bus bertemu dengan segerombolan mahasiswa bandel. Mereka langsung nyamperin dan serentak bilang "Mba Ira...kangennnnnnnn!" Hah???

Ternyata mereka belum bisa beradaptasi dengan dosen baru yang kata mereka sadis, jutek, kiler, dsb. Kelas mereka sebelum ujian berkala I memang aku yang pegang. Terjadilah obrolan diantara aku dan mereka.

Mahasiswa X : "Mba, knapa sih kelas kita yang dilepas? Ngga kelas Akun 3 aja? Saya kan anak mba. Maksudnya saya kan anak bimbingan Mba, Mba kan pembimbing akademik saya"
(Doi langsung meralat melihat tampang saya yang mengernyitkan dahi)

Mahasiswa Y: "Iya mba, kita kangen. Dosen baru nyebelin. Masa terlambat 5 menit aja, saya disuruh keluar."

Mahasiswa X :" Saya dibilang gak ada tampang!!! Wah gak sopan tuh dosen. Baru kali ini saya tersinggung."

Aku : "Gak ada tampang? Emang kamu tampangnya gak karu-karuan :-)). Kamu nya aja kali yang cari masalah."

Mahasiswa X: " Ngga mba, orang saya lagi duduk. Dosen baru itu masuk trus nanya di kelas ini, siapa yang nilai ujiannya paling tinggi. Ya saya jawab 'Saya Bu, X'" Eh dosen itu malah bilang 'Gak ada tampang!"

Aku :" Emberrr...:-))"

Mahasiswa Y: "Iya mba, sadis amat. Masa ngatain gak ada tampang. Kalo mba kan ngga gitu. Kalo ngata-ngatain dalam hati. Gak diomongin gitu."

(Lha gimana dia bisa tau kalo aku ngata-ngatain orang kalo cuma di hati. Ah dasarrrr)

Mahasiswa X : " Lha Mba malah ketawa. Mba gak suka ya di kelas saya? Knapa sih mba? Ribut ya? Balik lagi mba, mba enak kalau diajak diskusi."

(Memang kelas ini aku perlakukan khusus. Mengingat ada beberapa mahasiswa istimewa -they r smart, but naughty. Sialnya, salah seorang mahasiswa tsb sejak semester kemarin dipindahkan pengawasannya padaku).

Setelah mereka bosan mengoceh, akhirnya mereka pamit. Dan aku menjadi berpikir, mengapa aku justru digandrungi oleh mahasiswa-mahasiswa 'istimewa' kayak mereka? Padahal aku lumayan judes, straight to the rules, konsisten dengan kesepakatan yang dibuat bersama. Gak fleksible lah. Kalo mereka terlambat datang, dengan sukarela mereka kehilangan satu sesi. Kalau mereka terlambat mengumpulkan tugas, mereka kehilangan nilai tugas atau nilainya aku korting habis-habisan. Why??

Barangkali karena gaya 'kepemimpinan' ku cukup efektif untuk tipe anak yang smart but naughty, cieeee ;-)

Mereka bicara, aku mendengarkan. Aku bicara jika mereka mau mendengarkan.
Mereka bertanya, aku menjawabnya dengan baik dan benar ;-)
Mereka manis, aku kasih pujian. Mereka bertingkah aku kasih punishment.
Memperlakukan mereka sama dengan mahasiswa lainnya.
Menghindari bersikap prejudish.
Mereka nakal, iya. Mereka tidak disukai banyak pihak, benar. Bukan berarti aku harus ikut membencinya, bukan?

Ya, I don't control them, but I influence them.


It means:
Aku tidak akan bilang:
Kamu harus serius kalau belajar! Jangan berisik. Buat onar aja, mempermalukan institusi. Mau jadi apa kamu nanti kalau begini terus?!

Tapi aku akan bilang:
Kalo kalian gak mau masuk sesi terakhir, lha ya gak usah. Kalian gak pada masuk, ya saya tinggal pulang. Kalo gak mau ngerjain tugas, ya ga pa-pa,mengurangi kerjaan saya ngoreksi latihan. Kalian udah dewasa, kalian sendiri yang akan menanggung akibatnya. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan. Apapun bentuknya kesuksesan itu.

Aku tidak akan bilang:
Lebih baik kehilangan mahasiswa kayak kamu, daripada sekolah ini rusak gara-gara kamu!

Tapi aku akan bilang:
Saya tau ada hal yang membuat kamu tidak nyaman di sini. Masalahnya kamu sudah di sini dan kamu sudah sejak awal tau aturan main di sini. Kamu cuma punya dua pilihan, tetap di sini dengan konsekuensi menjalankan aturan main di sini, atau cari sekolah lain yang membuatmu merasa lebih nyaman. Saya pikir apa sih susahnya ke kampus pakai celana bahan, rambut rapi, pergi pagi-pulang sore selama 4 tahun. Itupun kalau kalian lulus cepat. Kalian bisa lulus cepat kalo nilai kalian bagus. Gak usah dibuat susah, dibuat gampang aja. Apa untungnya buat kalian memberontak?

Aku tidak akan bilang:
Sekarang aja kelakuan kalian begini, gimana kalo kalian nanti bekerja?!

Tapi aku akan bilang:
Pada umumnya ada tiga tahapan dalam proses rekruetmen:
Satu, seleksi administrasi. Hanya berkas administrasi yang relevan dengan kualifikasi yang akan diambil. Seperti IPK minimum, ijazah, transkrip, dkk. Biasanya yang lulus seleksi awal kalo alumnus dari PTN IPK min=2,75 dan PTS IPK min=3,00

Dua, psikotes. Untuk melihat potensi minat, bakat, dan kecenderungan karakter kalian sebagai pegawai. Nanti dilihat siapa yang kira-kira minat, bakat, dan karakter yang sesuai dengan posisi yang dimaksud. Ya kalo kira-kira, kalian cenderungnya hura-hura, bukan bekerja, apa mungkin bisa lolos?

Ketiga, wawancara. Nah, ini dia tahapan yang paling susah. Karena bersifat subyektif. Kalo kalian terlihat nyebelin, paling langsung di-black list.

Jadi hidup ini ga cuma butuh pinter, tapi butuh yang lain juga. Saya pikir gak perlu saya jelaskan lebih lanjut. Pasti kalian udah tau lah.

Aku tidak akan bilang:
Makanya lain kali ikuti instruksi saya, sekarang rasakan sendiri akibatnya. (Kalau ada mahasiswa yang ngeyel nyerocos gak karuan menyalahkan ini dan itu untuk menutupi kesalahan yang dia lakukan).

Tapi saya akan bilang: (Dengan mata aku arahkan tepat di wajahnya)
Minggu yang lalu kamu back up dimana pekerjaannya? Kalau kamu gak memback-up datanya di server, sampai kapanpun kamu nyari di server, ya gak akan ada. (Itu setelah aku yakin dia gak memback up-nya di server.)Kalo di server gak ketemu, ya coba kamu cari di tempat lain! Kalo gak ada juga, ya terserah kamu. (Kemudian berlalu begitu saja, cukup membuatnya tak berkutik dan menyadari kesalahannya, hihi).

Begitu kira-kira. Aku membiarkan mereka mencari dan menemukan jalannya masing-masing. Aku pastikan mereka mengerti bahwa kita hidup bersama orang lain di dunia ini. Kita tidak bisa mematok pikiran orang lain. Tapi kita sebaiknya berbagi pikiran dengan orang lain. Agar kita bisa tau mana yang lebih baik untuk kita. Kamu punya perspektif, orang lain juga demikian. Ga ada salahnya mendengarkan perspektif orang lain, siapa tau kita justru bisa belajar darinya.

Stop controlling people, but start influencing people. It's more effective ;-)Menyerang tepat pada pikiran dan hati mereka. Bukankah kita bertindak berdasarkan pikiran dan hati kita? ;-)

posted by Ira Geraldina's Page at 9:59 AM | Permalink |

[ back home ]

Comments for Effective Leadership
Credits
  Distributed by:
Template copyright :
V4NY ONLY TEMPLATES
Powered by :
Powered by Blogger